“Kerjakan apa yang kamu cintai, dengan begitu kamu tak akan pernah bosan hingga menyelesaikannya.”
***
Hello
Hai, perkenalkan saya Eva Vaida, biasa dipanggil Eva. Saya terlahir di sebuah kota kecil di pesisir Utara Laut Jawa, tepatnya di Kota Tegal yang terkenal dengan dialek ‘ngapak’nya. Semenjak kecil, saya termasuk anak yang tidak terlalu suka bergaul, walaupun tidak menolak untuk berteman dengan siapa saja. Hanya saja sangat terbatas.
Setelah menyelesaikan bangku Sekolah Dasar di Tegal, saya melanjutkan jenjang SMP saya disebuah pesantren modern di Kota Solo, sekitar 5 jam perjalanan menggunakan mobil dari Kota Tegal.
Sejak kecil, saya menyadari bahwa saya termasuk anak yang sulit untuk berada di lingkungan baru, juga sulit dalam memulai obrolan dengan orang yang baru di kenal. Butuh waktu agak lama supaya saya bisa beradaptasi dengan lingkungan dan orang baru.
Menjalani kehidupan di pesantren tidaklah mudah buat anak seperti saya. Yang tak pernah bisa mengungkapkan apa yang dirasa, apa yang saya suka, apa yang tidak saya suka, termasuk bagaimana saya harus protes dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja membuat saya tersiksa. Memendam segala hal tidaklah mudah. Dada saya serasa mau pecah saking sesaknya.
Hingga pada ulang tahun saya yang ke-14 kala itu, ibu saya memberi hadiah ulang tahun sebuah buku diary. Mungkin beliau mengerti bila anaknya ini kesulitan dalam mengungkapkan perasaan secara lisan, sehingga barangkali melalui tulisan, semua bisa saya ungkapkan. Itulah awal mula saya kenal dan akhirnya jatuh cinta dengan dunia tulis menulis.
Mencintai Hobi
Saya memiliki beberapa kesenangan, diantaranya menyanyi, menulis, fotografi, desain dan juga traveling. Melakukan segala hal atas nama hobi, tentulah sangat menyenangkan. Sehingga saya tak tinggal diam dengan hobi saya itu, dan berusaha mengeksplornya dengan beberapa cara.
Salah satunya adalah dengan terlibat dalam beberapa komunitas. Saya pernah berada dalam komunitas menyanyi yang anggotanya para penyanyi dari pemula hingga yang profesional. Mereka sering sekali mengadakan challenge menyanyi dengan hadiah dari sponsor yang merupakan anggota mereka sendiri. Disamping itu, ada banyak kelas vokal yang diadakan di dalamnya. Semua saya ikuti, demi kesenangan saya pada dunia tarik suara walau tidak saya jadikan profesi.
Hal yang sama juga saya terapkan pada hobi saya yang lain, yaitu fotografi. Saya juga mengikuti komunitas pecinta fotografi yang anggotanya tersebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan mancanegara. Di dalamnya juga terdapat banyak pembelajaran tentang teknik fotografi oleh para ahli di bidangnya.
Dunia fotografi menurut saya memang berdekatan dengan dunia menulis dan traveling. Saat saya sedang bepergian, saya tak pernah lupa untuk mengabadikan apapun yang saya temui melalui jepretan kamera saya untuk kemudian saya buat tulisannya. Tujuannya hanya ingin mengabadikan segala hal yang saya lihat, dengar dan rasakan, baik melalui tulisan maupun gambar.
Challenge Menulis
Saya jatuh cinta pada aplikasi Instagram, karena bisa berbagi foto yang saya miliki kepada publik. Saat sedang melihat-lihat beranda Instagram saya, tetiba muncul postingan teman kuliah saya yang berisi tentang ajakan menulis pada sebuah akun Instagram tertentu, kebetulan saya termasuk yang dia tag.
Di situlah saya mulai tertarik untuk menjadikan Instagram tak hanya sekedar untuk berbagi foto, namun juga berbagi tulisan saya. Sayapun membuat akun Instagram khusus untuk menulis. dengan tujuan supaya lebih fokus. Beberapa challenge menulis saya ikuti. Dari yang awalnya hanya sekedar ikut-ikutan, kemudian menulis untuk beberapa hari saja sampai akhirnya saya berhasil menyelesaikan tantangan menulis 30 hari penuh. Betapa gembiranya saya dengan pencapaian itu.
Ramadan Writing Challenge
Ramadan tahun 2021, saya kenal dengan Ramadan Writing Challenge (salah satu event yang diadakan oleh komunitas ODOP) dari postingan yang tertampil di beranda saya. Saya ingin berpartisipasi namun ternyata sudah terlambat. Alhasil saya hanya mampu melihat-lihat tulisan orang saja. Hingga akhirnya Ramadan 2022 datang, dan Ramadan Writing Challenge pun hadir kembali. Saya memberanikan diri mengikuti challenge ini dengan menghubungi kontak yang ada pada bio akun Instagram Komunitas ODOP sebagai penyelenggara.
Dan akhirnya saya tergabung dalam grup WhatsApp Ramadan Writing Challenge bersama teman-teman peserta lain yang belum saya kenal. Seperti biasa, saya selalu menjadi pendiam di antara keriuhan mereka. Suasana dan orang-orang yang masih asing, membuat saya menjadi silent reader saja di grup WhatsApp tersebut. Namun, dari event inilah, saya belajar untuk konsisten menyetor tulisan tepat waktu, berdasarkan tema yang ditentukan.setiap harinya selama 30 hari di Bulan Ramadan.
Momen Ramadan Writing Challenge inilah yang akhirnya membuat saya serius untuk menekuni hobi menulis saya. Saat event hampir berakhir, terdapat pemberitahuan di grup bahwa akan dibuka OPREC ODOP Batch X, sebuah ajang pencarian anggota baru komunitas ODOP. Saya pun begitu tertarik untuk bisa mengikutinya. Terlebih media untuk menulisnya bukanlah Instagram, tetapi blog. Seperti mendapat durian runtuh, karena saya memang ingin menjadi blogger.
OPREC ODOP Batch 10
Saya mendaftar sebagai peserta ODOP Batch X dengan menyelesaikan tantangan berupa menulis dengan tema Budaya. Awalnya saya ragu, apakah saya mampu mengingat saya tak pernah membuat tulisan bertema Budaya. Dan hasilnya, saya berhasil lolos dan masuk ke grup WhatsApp OPREC ODOP Batch X pada grup kecil Nusantara. Selanjutnya selama dua bulan penuh saya bersama teman-teman peserta lain membuat tulisan untuk di unggah pada blog masing-masing. One Day One Post.
Menjadi blogger adalah keinginan saya sejak beberapa waktu lalu. Pernah memiliki blog berbayar namun setelah setahun tak lagi diperpanjang karena tidak tahu akan menulis apa di blog saya itu. Di OPREC ODOP ini, saya belajar banyak tentang kepenulisan termasuk di dalamnya tentang blog.
Sistem eliminasi mingguan yang ada pada OPREC ODOP ini membuat saya menantang diri saya sendiri untuk selalu menulis tepat waktu dengan mengikuti aturan yang ada, dan juga menyelesaikan tantangan demi tantangan yang tingkat kesulitannya semakin tinggi pada tiap pekannya.
Di OPREC ODOP Batch X ini saya juga berkenalan dengan para penulis hebat yang dengan rela hati membagi ilmunya kepada para peserta (terutama saya yang masih awam sekali dengan dunia kepenulisan). Saya dan teman-teman mendapat PJ yang baik hati , yang senantiasa memberi support dan mengingatkan kami bila ada yang belum setor tulisan maupun mengisi laporan di google form. Mereka berdua (Utami Ningsih dan Naila Zulfa) juga tidak pelit untuk berbagi ilmu dan pengalaman mereka dengan kami.
Suasana dalam grup kecil kami, sangatlah menyenangkan. Mereka yang ada bersama saya di dalam grup tersebut sudah seperti satu keluarga. Saling belajar, saling mengingatkan, dan juga saling canda. (Saya akan rindu pada momen-momen bersama mereka ketika nanti masa OPREC ODOP nya berakhir).
Selama menulis, saya harus berbagi waktu dengan kegiatan saya yang lain. Mood saya yang senantiasa bagus di pagi hari, sering saya gunakan untuk membuat tulisan dimana idenya saya dapatkan dari mana saja, seperti lagu yang sedang saya dengarkan, drakor yang semalam saya tonton, maupun dari jalanan sewaktu saya mengantar anak ke sekolah.
Materi dalam OPREC ODOP Batch 10
Materi-materi yang diberikan pada OPREC ODOP Batch X ini juga sangat bagus dan berbobot, diantaranya adalah:
- Sejarah dan Profil ODOP oleh Heru Sang Amurwabumi
- Mengapa Menulis oleh Florensia
- Mengenal Blog oleh Marita Ningtyas
- Mengenal Tulisan Non fiksi oleh Sakifah
- Mengenal Tulisan Fiksi oleh Andrew Hu
- Mengenal Puisi oleh Nur Al Fadli
- Unsur-unsur Pada Cerpen oleh Marwita Octaviana
- Kelas Paragraf Pembuka oleh Heru Sang Amurwabumi
- EBI, PUEBI dan Self Editing oleh Dyah Yuukita
- Pentingnya Sebuah Judul oleh Sakifah
- Teknik Menulis Opini oleh Utami Ningsih
- Mengenal Penerbit oleh Welly Ha
- Kelas Writerpreneur oleh MS Wijaya
- Optimasi Medsos Instagram oleh Florensia
- Konflik dan Analogi oleh Ahmad Ikhtiar
- Mengenal Genre Cerpen oleh Sabrina Lasama
- Esai oleh Erwin Setia
Saya pun tak lupa untuk belajar dari karya-karya para anggota senior yang dimuat di laman ngodop.com. Disana ada banyak sekali tulisan, baik fiksi maupun non fiksi dengan aneka genre yang bisa saya jadikan bahan referensi saat membuat tulisan sendiri. Berharap setelah event OPREC ODOP Batch 10 ini berakhir, wawasan saya semakin berkembang dan bisa mewujudkan goals saya yang akan datang, yaitu memiliki buku sendiri dan blog saya nantinya bisa dikenal serta bermanfaat bagi masyarakat.
Sukses terus komunitas ODOP. Semoga semakin berjaya dan semakin bermanfaat.
Memang sesama penulis kebanyakan introvert. Jadi silaturahminya tulisan ☺️
Mantap ka …semoga kita sama sama bisa lulus OPREC yaa
Wah… oprec 10 sdh hampir kelar ya. Semangat!
trimakasih eva sayang, kamu rinci bamget menulis materi apa aja yang sudah kita terima, membayangkan ODOP kelas kita akan berakhir seperti apa yang kamu tuliskan, asli bikin aku sedih
Ceritanya kayak aku banget ini kak Eva. Sama-sama sulit berbaur sama orang yang baru dikenal wkwk