Cantik itu Luka karya Eka Kurniawan

Cantik itu Luka merupakan karya dari seorang Eka Kurniawan, yang walaupun terbitan pertamanya sudah 10 tahun yang lalu, namun hingga kini masih terus menjadi bacaan favorit bagi siapa saja penyuka dunia sastra.

Jadi ceritanya, saya tahu dengan sang pengarang buku ini (mas Eka), jaman masih berkuliah di Jogja dulu. Beberapa kali pernah main ke kost saya juga. Karena kebetulan satu almamater dengan beliau, hanya beda fakultas. Karya nya yang saya kenal jaman dahulu adalah Corat-coret di Toilet yang berisi kumpulan cerpen. Jaman itu saya sudah terpukau dengan pemilihan diksinya yang begitu apik sehingga enak sekali buat dinikmati.

Nah kali ini saya ingin mengulas cerpen pertama beliau yang sebenarnya sudah lama sekali saya baca sebagian namun tak sempat-sempat untuk menamatkannya. Sibuk banget ya saya…(Sok sibuk lebih tepatnya).

Identitas Buku

Judul Buku : Cantik itu Luka
Pengarang : Eka Kurniawan
Genre : Fiksi, Fiksi sejarah, Realisme
Penerbit : Penerbit Jendela, Gramedia Pustaka Utama (Jakarta)
Terbit pertama : 2002
Halaman : 537 halaman
ISBN : 978-602-031-258-3

Ulasan Cantik itu Luka

Jadi begini, ya Kawan Bintang.
Novel Cantik itu Luka membahas tentang perempuan yang menjadi objek seksual bagi laki-laki. Sampai saat ini novel cantik itu luka sudah memiliki terjemahan dalam berbagai bahasa seperti Jepang, Inggris, dan Malaysia.

Awal dari kisah Cantik itu Luka adalah cerita tentang seorang mantan pelacur yang bernama Dewi Ayu yang bangkit dari kematian (lebih tepatnya dari kubur) setelah 21 tahun kemudian. Wahhhh sepertinya seram yaaa…

Takdir hidup membuat Dewi Ayu harus terjun di dunia prostitusi hingga dia melahirkan 4 putri namun tak pernah tahu siapa saja bapak dari anak-anaknya itu. Ketiga putri yang lahir lebih dahulu terkenal cantik-cantik , namun tidak dengan putri bungsunya ini. Dalam cerita tersebut, wajahnya begitu jelek, hingga sang dukun bayi yang menolong persalinannya tak berani memberitahu seperti apa rupa anaknya pada Dewi Ayu.

READ  Urutan Serial Bumi Karya Tere Liye

Dewi Ayu yang tidak mengetahui seperti apa wajah anaknya itu benar-benar tak peduli dan tak ingin tahu. Dia mengira bahwa wajah putri bungsunya ini seperti kakak-kakaknya. Hingga dengan pedenya dia memberi nama ‘Cantik’ pada anak bungsunya yang tidak cantik itu, sebelum akhirnya dia meninggal pasca melahirkan. Hmmmm…

Itu baru kisah pembukaan pada novel Cantik itu Luka. Pembukaannya aja sudah semenarik itu ya, Kawan.

Lantas,
Siapa sebenarnya Dewi Ayu ini?

Dewi Ayu adalah anak dari pasangan inses (satu ayah beda ibu) Henri Stammler dan Aneu Stammler yang lahir pada jaman penjajahan Belanda. Darah campuran Belanda Indonesia pada tubuh Dewi Ayu menjadikannya perempuan yang terkenal dengan kecantikannya pada jaman itu.

Novel bergenre fiksi sejarah

Jadi novel ini berlatar jaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang hingga pasca kemerdekaan bangsa Indonesia di sebuah wilayah Halimunda yang merupakan wilayah rekaan sang pengarang.

Dalam novel ini, sosok Dewi Ayu selain memiliki kecantikan yang mempesona, dia juga memliki kedewasaan berpikir di atas perempuan seumurannya. Keputusan Dewi Ayu yang sangat mengejutkan pada saat itu adalah keputusannya untuk menikah dengan Mak Gendik, seorang lelaki tua renta yang merupakan kekasih hati dari Mak Iyang, nenek dari ibunya. Alasannya hanya satu. Ingin mengobati luka hati Mak Gendik. Huhuhu…

Namun sayangnya kecantikan Dewi Ayu tak bisa membuat Mak Gendik mampu melupakan Mak Iyang. Justru malah memiliki dendam membara pada keturunan Dewi Ayu. Wahhhh… Penasaran kan?

Dan bagaimana juga dengan nasib si Cantik? Kebayang betapa beratnya nama yang harus dia emban. Karena dia tak secantik namanya, membuat hidupnya penuh dengan luka.

Novel ini enak banget dibaca lho, Kawan. Bahasanya juga mudah dipahami. Ceritanya bagus banget deh. Tidak membosankan hingga halaman terakhir.

READ  Belajar cantik dari Shahnaz Indira

And for your information nie Kawan. Ternyata Novel Cantik Itu Luka, membuat sang pengarang Eka Kurniawan menerima penghargaan prestisius Prince Claus Award oleh Kerajaan Belanda pada tahun 2018. Keren banget kan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *